PENJELASAN TENTANG MAKNA TAUHID DAN SYAHADAT “LA ILAHA ILLALLAH”

BAB 6
PENJELASAN TENTANG
MAKNA TAUHID DAN SYAHADAT “LA ILAHA ILLALLAH”

Firman Allah  :

 أولئك الذين يدعون يبتغون إلى ربهم الوسيلة أيهم أقرب ويرجون رحمته ويخافون عذابه إن عذاب ربك كان محذورا
“Orang orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada tuhan mereka, siapa diantara mereka yang lebih dekat ( kepada Allah ), dan mereka mengharapkan rahmatNya serta takut akan siksaNya; sesungguhnya siksa Tuhanmu adalah sesuatu yang ( harus ) ditakuti.” ( QS. Al Isra’, 57 )

 وإذ قال إبراهيم لأبيه وقومه إنني براء مما تعبدون إلا الذي فطرني فإنه سيهدين 
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapak dan kaumnya : sesungguhnya aku membebaskan diri dari apa yang kalian sembah, kecuali (Allah) Dzat yang telah menciptakan aku, karena hanya Dia yang akan menunjukkan (kepada jalan kebenaran).” (QS. Az zukhruf, 26-27 ).

 اتخذوا أحبارهم ورهباهم أربابا من دون الله والمسيح بن مريم وما أمروا إلا ليعبدوا إلها واحدا لا إله إلا هو سبحانه عما يشركون
“Mereka menjadikan orang-orang alim dan pendeta-pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan ( mereka mempertaruhkan pula ) Al Masih putera Maryam; padahal mereka itu tiada lain hanyalah diperintahkan untuk beribadah kepada satu sembahan, tiada sembahan yang haq selain Dia. Maha suci Allah dari perbuatan syirik mereka.” (QS. Al Taubah, 31 ).

 ومن الناس من يتخذ من دون الله أندادا يحبونهم كحب الله والذين آمنوا أشد حبا لله
“Diantara sebagian manusia ada yang menjadikan tuhan-tuhan tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman lebih besar cintanya kepada Allah.” ( QS. Al Baqarah, 165 ).

Diriwayatkan dalam Shoheh Muslim, bahwa Rasulullah  bersabda :
” من قال لا إله إلا الله وكفر بما يعبد من دون الله حرم ماله ودمه وحسابه على الله “
“Barang siapa yang mengucapkan لا إله إلا الله , dan mengingkari sesembahan selain Allah, maka haramlah harta dan darahnya, adapun perhitungannya adalah terserah kepada Allah”.

Keterangan tentang bab ini akan dipaparkan pada bab-bab berikutnya.
Adapun kandungan bab ini menyangkut masalah yang paling besar dan paling mendasar, yaitu pembahasan tentang makna tauhid dan syahadat.
Masalah tersebut telah diterangkan oleh bab ini dengan beberapa hal yang cukup jelas, antara lain :
1-Ayat dalam surat Al Isra’. Diterangkan dalam ayat ini sanggahan terhadap orang-orang musyrik, yang memohon kepada orang-orang yang sholeh, oleh karena itu, ayat ini mengandung suatu penjelasan bahwa perbuatan mereka itu adalah syirik besar ( ).
2-Ayat dalam surat At taubah. Diterangkan dalam ayat ini bahwa orang-orang ahli kitab telah menjadikan orang-orang alim dan pendeta pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan dijelaskan pula bahwa mereka hanya diperintahkan untuk menyembah kepada satu sesembahan, dan menurut penafsiran yang sebenarnya mereka itu hanya diperintahkan untuk taat kepadanya dalam hal-hal yang tidak bermaksiat kepada Allah, dan tidak berdoa kepadanya.
3-Kata-kata Nabi Ibrahim  kepada orang-orang kafir : “sesungguhnya saya berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali ( saya hanya menyembah) Dzat yang menciptakanku”.
Di sini beliau mengecualikan Allah dari segala sesembahan.
Pembebasan (dari segala sembahan yang batil) dan pernyataan setia (kepada sembahan yang haq, yaitu : Allah) adalah makna yang sebenarnya dari syahadat “La Ilaha Illallah”.

Allah  berfirman :
 وجعلها كلمة باقية في عقبه لعلهم يرجعون 
“Dan Nabi Ibrahim menjadikan kalimat syahadat ini kalimat yang kekal pada keturunannya, agar mereka ini kembali ( kepada jalan yang benar ).” (QS. Az Zukhruf, 28 )
4-Ayat dalam surat Al Baqarah yang berkenaan dengan orang-orang kafir, yang dikatakan oleh Allah dalam firmanNya :
 وما هم بخارجين من النار 
“Dan mereka tidak akan bisa keluar dari neraka”.

Disebutkan dalam ayat tersebut, bahwa mereka menyembah tandingan tandingan selain Allah, yaitu dengan mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai kecintaan yang besar kepada Allah, meskipun demikian kecintaan mereka ini belum bisa memasukkan mereka kedalam agama Islam ( ).
Lalu bagaimana dengan mereka yang cintanya kepada sesembahan selain Allah itu lebih besar dari cintanya kepada Allah ?
Lalu bagaimana lagi orang-orang yang cuma hanya mencintai sesembahan selain Allah, dan tidak mencintai Allah?
4-Sabda Rasulullah  :

” من قال لا إله إلا الله وكفر بما يعبد من دون الله حرم ماله ودمه وحسابه على الله “
“Barang siapa yang mengucapkan لا إله إلا الله , dan mengingkari sesembahan selain Allah, maka haram darah dan hartanya, sedangkan perhitungannya kembali kepada Allah”.

Ini adalah termasuk hal yang penting sekali yang menjelaskan pengertian لا إله إلا الله . Sebab apa yang dijadikan Rasulullah sebagai pelindung darah dan harta bukanlah sekedar mengucapkan kalimat itu dengan lisan atau memahami arti dan lafadznya, atau mengetahui akan kebenarannya, bahkan bukan pula karena tidak meminta kecuali kepada Allah saja, yang tiada sekutu bagiNya, akan tetapi harus disertai dengan tidak adanya penyembahan kecuai hanya kepadaNya.
Jika dia masih ragu atau bimbang, maka belumlah haram dan terlindung harta dan darahnya.
Betapa besar dan pentingnya penjelasan makna لا إله إلا الله yang termuat dalam hadits ini, dan betapa jelasnya keterangan yang dikemukakannya, dan kuatnya argumentasi yang diajukan bagi orang-orang yang menentangnya.

MENGAMALKAN TAUHID DENGAN SEBENAR BENARNYA DAPAT MENYEBABKAN MASUK SORGA TANPA HISAB

BAB 3
MENGAMALKAN TAUHID DENGAN SEBENAR BENARNYA DAPAT MENYEBABKAN MASUK SORGA TANPA HISAB
Firman Allah I :
]إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ [ (120) سورة النحل
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif (berpegang teguh pada kebenaran ), dan sekali kali ia bukanlah termasuk orang orang yang mempersekutukan(Tuhan)” ( QS, An  Nahl, 120 )
] والذين هم بربهم لا يشركون [
“Dan orang orang yang tidak mempersekutukan dengan Robb mereka (sesuatu apapun )”. ( QS. Al Mu’minun, 59 )
Husain bin Abdurrahman berkata: “Suatu ketika aku berada di sisi  Said bin Zubair, lalu ia bertanya : “siapa diantara kalian melihat bintang yang jatuh semalam ?, kemudian aku menjawab : “ aku ”, kemudian kataku : “ ketahuilah, sesungguhnya aku ketika itu tidak sedang melaksanakan sholat, karena aku disengat kalajengking”, lalu ia bertanya kepadaku : “lalu apa yang kau lakukan ?”, aku menjawab : “aku minta di ruqyah ”, ia bertanya lagi : “apa yang mendorong kamu melakukan hal itu ?”, aku menjawab : “yaitu : sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Asy Sya’by kepada kami”, ia bertanya lagi : “dan apakah hadits yang dituturkan kepadamu itu ?”, aku menjawab : “dia menuturkan hadits kepada kami dari Buraidah bin Hushaib :
” لا رقية إلا من عين أو حمة “
“Tidak boleh Ruqyah kecuali karena  ain  atau terkena sengatan”.
Said pun berkata : “sungguh telah berbuat baik orang yang telah mengamalkan apa yang telah didengarnya, tetapi Ibnu Abbas menuturkan hadits kepada kami dari Rasulullah r, beliau bersabda :
” عرضت علي الأمم، فرأيت النبي معه الرهط، والنبي معه الرجل والرجلان، والنبي وليس معه أحد، إذ رفع لي سواد عظيم، فظننت أنهم أمتي، فقيل لي : هذا موسى وقومه، فنظرت فإذا سواد عظيم، فقيل لي : هذه أمتك، ومعهم سبعون ألفا يدخلون الجنة بغير حساب ولا عذاب، ثم نهض فدخل منزله، فحاض الناس في أولئك، فقال بعضهم : فلعلهم الذي صحبوا رسول الله r، وقال بعضهم : فلعلهم الذين ولدوا في الإسلام فلم يشركوا بالله شيئا، وذكروا أشياء، فخرج عليهم رسول الله r فأخبروه، فقال :” هم الذين لا يسترقون ولا يتطيرون ولا يكتوون وعلى ربهم يتوكلون ” فقام عكاشة بن محصن فقال : ادع الله أن يجعلنى منهم، فقال : أنت منهم، ثم قال رجل آخر فقال : ادع الله أن يجعلني منهم، فقال r :” سبقتك عكاشة “.
“Telah diperlihatkan kepadaku beberapa umat, lalu aku melihat seorang Nabi, bersamanya sekelompok orang, dan seorang Nabi, bersamanya satu dan dua orang saja, dan Nabi yang lain lagi tanpa ada seorangpun yang menyertainya, tiba tiba diperlihatkan kepadaku sekelompok orang yang banyak jumlahnya, aku mengira bahwa mereka itu umatku, tetapi dikatakan kepadaku : bahwa mereka itu adalah Musa dan kaumnya, tiba tiba aku melihat lagi sekelompok orang yang lain yang jumlahnya sangat besar, maka dikatakan kepadaku : mereka itu adalah umatmu, dan bersama mereka ada 70 000 ( tujuh puluh ribu ) orang  yang masuk sorga tanpa hisab dan tanpa disiksa lebih dahulu, kemudian beliau bangkit dan masuk ke dalam rumahnya, maka orang orang pun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu ?, ada diantara mereka yang berkata : barangkali mereka itu orang orang yang telah menyertai Nabi dalam hidupnya, dan ada lagi yang berkata : barang kali mereka itu orang orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam hingga tidak pernah menyekutukan Allah dengan sesuatupun, dan yang lainnya menyebutkan yang lain pula.
Kemudian Rasulullah r keluar dan merekapun memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Maka beliau bersabda : “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah minta ruqyah, tidak melakukan tathoyyur ([3]) da
n tidak pernah meminta lukanya ditempeli besi yang dipanaskan, dan mereka pun bertawakkal kepada tuhan mereka, kemudian Ukasyah bin Muhshon berdiri dan berkata : mohonkanlah kepada Allah  agar aku termasuk golongan mereka, kemudian Rasul bersabda : “ya, engkau termasuk golongan mereka”, kemudian seseorang yang lain berdiri juga dan berkata : mohonkanlah kepada Allah  agar aku juga termasuk golongan mereka, Rasul menjawab : “Kamu sudah kedahuluanUkasyah”( HR. Bukhori dan Muslim )
Kandungan  bab ini :
1-Mengetahui adanya tingkatan tingkatan manusia dalam bertauhid.
2-Pengertian mengamalkan  tauhid dengan semurni-murninya.
3-Pujian Allah kepada Nabi Ibrahim, karena beliau tidak pernah melakukan kemusyrikan.
4-Pujian Allah kepada tokoh para wali Allah (para shahabat Rasulullah) karena bersihnya diri mereka  dari kemusyrikan.
5-Tidak meminta ruqyah, tidak meminta supaya lukanya ditempeli  dengan besi yang panas, dan tidak melakukan tathoyyur adalah termasuk pengamalan tauhid yang murni.
6-Tawakkal kepada Allah adalah sifat yang mendasari sikap tersebut.
7-Dalamnya ilmu para sahabat, karena mereka mengetahui bahwa orang-orang yang dinyatakan dalam hadits tersebut  tidak akan mendapatkan kedudukan yang demikian tinggi kecuali dengan adanya pengamalan.
8-Semangatnya para sahabat untuk berlomba-lomba dalam mengerjakan amal  kebaikan.
9-Keistimewaan  umat Islam dengan kwantitas dan kwalitasnya.
10-Keutamaan para pengikut Nabi Musa.
11-Umat umat terdahulu telah ditampakkan kepada Nabi Muhammad r.
12-Setiap umat dikumpulkan sendiri-sendiri bersama para Nabinya.
13-Sedikitnya orang orang yang mengikuti ajakan para Nabi.
14-Nabi yang tidak mempunyai pengikut akan datang sendirian pada hari kiamat.
15-Manfaat dari pengetahuan ini adalah tidak silau dengan jumlah yang banyak dan tidak kecil hati dengan jumlah yang sedikit.
16-Diperbolehkan melakukan ruqyah disebabkan terkena ain dan sengatan.
17-Luasnya ilmu para ulama salaf, hal itu bisa diketahui dari ucapan Said bin Zubair : “Sungguh telah berbuat baik orang  yang  mengamalkan apa yang telah didengarnya, tetapi …”, dengan demikian jelaslah  bahwa hadits yang pertama tidak bertentangan dengan hadits yang kedua.
18-Kemuliaan sifat para ulama salaf, karena ketulusan hati mereka, dan mereka tidak memuji seseorang dengan pujian yang dibuat buat.
19-Sabda Nabi : “Engkau termasuk golongan mereka” adalah salah satu dari tanda-tanda kenabian Beliau.
20-Keutamaan Ukasyah.
21-Penggunaan kata sindiran
22-Kemuliaan akhlak Nabi Muhammad r.



Keistimewaan Tauhid

BAB 2
KEISTIMEWAAN TAUHID
DAN DOSA DOSA YANG DIAMPUNI KARENANYA
Firman Allah  :
 الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون 
“Orang orang yang beriman dan tidak menodai keimanan ( ) mereka dengan kedzoliman ( kemusyrikan ) ( ), mereka itulah orang- orang yang mendapat ketentraman dan mereka itulah orang orang yang mendapat jalan hidayah”, ( QS. Al An’am, 82).
Ubadah bin Shomit  menuturkan : Rasulullah  bersabda :
” من شهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمدا عبده ورسوله، وأن عيسى عبد الله ورسوله، وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه والجنة حق والنار حق أدخله الله الجنة على ما كان من العمل ” أخرجاه
“Barang siapa yang bersyahadat ( ) bahwa tidak ada sesembahan yang hak ( benar ) selain Allah saja, tiada sekutu bagiNya, dan Muhammad adalah hamba dan RasulNya, dan bahwa Isa adalah hamba dan RasulNya, dan kalimatNya yang disampaikan kepada Maryam, serta Ruh dari padaNya, dan sorga itu benar adanya, neraka juga benar adanya, maka Allah pasti memasukkanya kedalam sorga, betapapun amal yang telah diperbuatnya”. ( HR. Bukhori & Muslim )
Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari Itban  bahwa Rasulullah bersabda :
” فإن الله حرم على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله “
“Sesungguhnya Allah  mengharamkan neraka bagi orang orang yang mengucapkan لا إله إلا الله dengan ikhlas dan hanya mengharapkan ( pahala melihat ) wajah Allah”.
Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri  bahwa Rasulullah  bersabda :
” قال موسى يا رب، علمني شيئا أذكرك وأدعوك به، قال : قل يا موسى : لا إله إلا الله، قال : يا رب كل عبادك يقولون هذا، قال موسى : لو أن السموات السبع وعامرهن – غيري – والأرضين السبع في كفة، ولا إله إلا الله في كفـة، مالت بهـن لا إله إلا الله ” ( رواه ابن حبان والحاكم وصححه ).
“Musa berkata : “Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk mengingatMu dan berdoa kepadaMu”, Allah berfirman :” ucapkan hai Musa لا إله إلا الله ”, Musa berkata : “ya Rabb, semua hambaMu mengucapkan itu”, Allah menjawab :” Hai Musa, seandainya ketujuh langit serta seluruh penghuninya – selain Aku – dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu timbangan dan kalimat لا إله إلا الله diletakkan dalam timbangan yang lain, niscaya kalimat لا إله إلا الله lebih berat timbangannya.” ( HR. Ibnu Hibban, dan imam Hakim sekaligus menshohehkannya ).
Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits ( yang menurut penilaianya hadits itu hasan ) dari Anas bin Malik  ia berkata aku mendengar Rasulullah  bersabda :
” قال الله تعالى : يا ابن آدم، لو أتيتني بقراب الأرض خطايا، ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا، لأتيتك بقرابها مغفرة “
“Allah  berfirman : “Hai anak Adam, jika engkau datang kepadaKu dengan membawa dosa sejagat raya, dan engkau ketika mati dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatupun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat raya pula”.
Kandungan bab ini :
1-Luasnya karunia Allah .
2-Besarnya pahala tauhid di sisi Allah .
3-Dan tauhid juga dapat menghapus dosa.
4-Penjelasan tentang ayat yang ada dalam surat Al – An’am.
5-Perhatikan kelima masalah yang ada dalam hadits Ubadah.
6-Jika anda memadukan antara hadits Ubadah, hadits Itban dan hadits sesudahnya, maka akan jelas bagi anda pengertian kalimat لا إله إلا الله, juga kesalahan orang-orang yang tersesat karena hawa nafsunya.
7-Perlu diperhatikan syarat-syarat yang disebutkan dalam hadits Itban, ( yaitu ikhlas semata-mata karena Allah, dan tidak menyekutukanNya ).
8-Para Nabipun perlu diingatkan akan keistimewaan لا إله إلا الله .
9-Penjelasan bahwa kalimat لا إله إلا الله berat timbangannya mengungguli berat timbangan seluruh makhluk, padahal banyak orang yang mengucapkan kalimat tersebut.
10-Pernyataan bahwa bumi itu tujuh lapis seperti halnya langit.
11-Langit dan bumi itu ada penghuninya.
12-Menetapkan sifat sifat Allah apa adanya, berbeda dengan pendapat Asy’ariyah ( ).
13-Jika anda memahami hadits Anas, maka anda akan mengetahui bahwa sabda Rasul yang ada dalam hadits Itban : “sesungguhnya Allah mengharamkan masuk neraka bagi orang orang yang mengucapkan لا إله إلا الله dengan penuh ihlas karena Allah, dan tidak menyekutukanNya”, maksudnya adalah tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, bukan hanya mengucapkan kalimat tersebut dengan lisan saja.
Nabi Muhammad dan Nabi Isa adalah sama-sama hamba Allah dan RasulNya.
15-Mengetahui keistimewaan Nabi Isa, sebagai Kalimat Allah( ).
16-Mengetahui bahwa Nabi Isa adalah ruh diantara ruh-ruh yang diciptakan Allah.
17-Mengetahui keistimewaan iman kepada kebenaran adanya sorga dan neraka.
18-Memahami sabda Rasul : “betapapun amal yang telah dikerjakannya”.
19-Mengetahui bahwa timbangan itu mempunyai dua daun.
20- Mengetahui kebenaran adanya wajah bagi Allah.

BAB 1 Hakekat dan Kedudukan Tauhid

BAB 1
TAUHID
[ HAKEKAT DAN KEDUDUKANNYA ]

Firman Allah  :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْأِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (الذريات:56)
“Tidak Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah ( ) kepada-Ku.” (QS. Adz –Dzariyat, 56 ).

)وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوت(النحل: من الآية36)
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan) “ Beribadalah kepada Allah ( saja ) dan jauhilah thoghut” ( ) .” (QS. An – Nahl, 36 ).

 وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan, dan ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS. Al – Isra’, 23- 24).

 قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلاَ تَقْتُلُوا أَوْلاَدَكُمْ مِنْ إِمْلاَقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلاَ تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلاَ تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ وَلاَ تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلاَّ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ لاَ نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى وَبِعَهْدِ اللَّهِ أَوْفُوا ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ 
“Katakanlah (Muhammad) marilah kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh Tuhanmua, yaitu “ Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tuamu, dan janganlah kamu membunuh anak anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka ; dan janganlah kamu mendekati perbuatan perbuatan yang keji, baik yang nampak diantaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya ) melainkan dengan sesuatu ( sebab ) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami ( nya ). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun dia adalah kerabat(mu). Dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. Dan bahwa ( yang Kami perintahkan ) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia ; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan ( yang lain ), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” ( QS. Al – An’am, 151- 153).
Ibnu Mas’ud  berkata : “Barang siapa yang ingin melihat wasiat Muhammad  yang tertera di atasnya cincin stempel milik beliau, maka supaya membaca firman Allah  : “Katakanlah (Muhammad) marilah kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh Tuhanmu, yaitu “Janganlah kamu berbuat syirik sedikitpun kepadaNya, dan “Sungguh inilah jalan-Ku berada dalam keadaan lurus, maka ikutilah jalan tersebut, dan janganlah kalian ikuti jalan-jalan yang lain. ( ) ”

Mu’adz bin Jabal  berkata :
كنت رديف النبي  على حمار، فقال لي :” يا معاذ، أتدري ما حق الله على العباد، وما حق العباد على الله ؟ قلت : الله ورسوله أعلم، قال : حق الله على العباد أن يعبدوه ولا يشركوا به شيئا، وحق العباد على الله أن لا يعذب من لا يشرك به شيئا، قلت : يا رسول الله، أفلا أبشر الناس ؟ قال : ” لا تبشرهم فيتكلوا “.

“Aku pernah diboncengkan Nabi  di atas keledai, kemudian beliau berkata kepadaku : “ wahai muadz, tahukah kamu apakah hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hambaNya, dan apa hak hamba-hambaNya yang pasti dipenuhi oleh Allah ?, Aku menjawab : “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui”, kemudian beliau bersabda : “Hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hambaNya ialah hendaknya mereka beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah ialah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang orang yang tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, lalu aku bertanya : ya Rasulullah, bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada orang-orang ?, beliau menjawab : “Jangan engkau lakukan itu, karena hawatir mereka nanti bersikap pasrah” ( HR. Bukhari, Muslim ).

Pelajaran penting yang terkandung dalam bab ini :
1-Hikmah diciptakannya jin dan manusia oleh Allah .
2-Ibadah adalah hakekat ( tauhid ), sebab pertentangan yang terjadi antara Rasulullah  dengan kaumnya adalah dalam masalah tauhid ini.
3-Barang siapa yang belum merealisasikan tauhid ini dalam hidupnya, maka ia belum beribadah (menghamba) kepada Allah . inilah sebenarnya makna firman Allah :
 ولا أنتم عابدون ما أعبد 
“Dan sekali-kali kamu sekalian bukanlah penyembah (Tuhan) yang aku sembah” ( QS. Al Kafirun, 3 )
4-Hikmah diutusnya para Rasul [ adalah untuk menyeru kepada tauhid, dan melarang kemusyrikan ].
5-Misi diutusnya para Rasul itu untuk seluruh umat.
6-Ajaran para Nabi adalah satu, yaitu tauhid [ mengesakan Allah  saja].
7-Masalah yang sangat penting adalah : bahwa ibadah kepada Allah  tidak akan terealisasi dengan benar kecuali dengan adanya pengingkaran terhadap thoghut.
Dan inilah maksud dari firman Allah  :

 فمن يكفر بالطاغوت ويؤمن بالله فقد استمسك بالعروة الوثقى 
“Barang siapa yang mengingkari thoghut dan beriman kepada All
ah, maka ia benar benar telah berpegang teguh kepada tali yang paling kuat” ( QS. Al Baqarah, 256 ).
8-Pengertian thoghut bersifat umum, mencakup semua yang diagungkan selain Allah .
9-Ketiga ayat muhkamat yang terdapat dalam surat Al – An’am menurut para ulama salaf penting kedudukannya, di dalamnya ada 10 pelajaran penting, yang pertama adalah larangan berbuat kemusyrikan.
10-Ayat ayat muhkamat yang terdapat dalam surat Al Isra mengandung 18 masalah, dimulai dengan firman Allah :
 لا تجعل مع الله إلها آخر فتقعد مذموما مخذولا 
“Janganlah kamu menjadikan bersama Allah sesembahan yang lain, agar kamu tidak menjadi terhina lagi tercela” ( QS. Al Isra’, 22 ).
Dan diakhiri dengan firmanNya :

 ولا تجعل مع الله إلها آخر فتلقى في جهنم ملوما مدحورا 
“Dan janganlah kamu menjadikan bersama Allah sesembahan yang lain, sehingga kamu (nantinya) dicampakan kedalam neraka jahannam dalam keadaan tercela, dijauhkan (dari rahmat Allah )” (QS. Al Isra’, 39 ).

Dan Allah mengingatkan kita pula tentang pentingnya masalah ini, dengan firmanNya:

 ذلك مما أوحى إليك ربك من الحكمة 
“Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu” (QS. Al Isra’, 39 ).
11-Satu ayat yang terdapat dalam surat An–Nisa’, disebutkan didalamnya 10 hak, yang pertama Allah memulainya dengan firmanNya:

 واعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا 
“Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah ( saja ), dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” ( QS. An – Nisa’, 36 ).
12-Perlu diingat wasiat Rasulullah  di saat akhir hayat beliau.
13-Mengetahui hak hak Allah yang wajib kita laksanakan.
14Mengetahui hak hak hamba yang pasti akan dipenuhi oleh Allah apabila mereka malaksanakanya.
15-Masalah ini tidak diketahui oleh sebagian basar para sahabat ( ).

16-Boleh merahasiakan ilmu pengetahuan untuk maslahah.
17-Dianjurkan untuk menyampaikan berita yang menggembirakan kepada sesama muslim.
18-Rasulullah  merasa khawatir terhadap sikap menyandarkan diri kepada keluasan rahmat Allah.
19-Jawaban orang yang ditanya, sedangkan dia tidak mengetahui adalah : “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.
20-Diperbolehkan memberikan ilmu kepada orang tertentu saja, tanpa yang lain.
21-Kerendahan hati Rasulullah , sehingga beliau hanya naik keledai, serta mau memboncengkan salah seorang dari sahabatnya.
22-Boleh memboncengkan seseorang diatas binatang, jika memang binatang itu kuat.
23-Keutamaan Muadz bin Jabal.
24-Tauhid mempunyai kedudukan yang sangat penting.

Tauhid

artikel dari situs : aldakwah
SEPUTAR TAUHID

Saudaraku seiman, kami sajikan buat anda penjelasan yang ringkas tentang keutamaan tauhid dan ancaman bagi yang menentangnya serta hal-hal yang bisa membatalkan tauhid (seseorang) dengan beragam perbuatan syirik dan bid’ah baik yang besar maupun yang kecil.

Sesungguhnya Tauhid adalah awal kewajiban yang pertama kali didakwahkan oleh para rasul dan merupakan landasan dakwah mereka, sebagaimana tercantum dalam firman Allah Ta’ala :
ولقد بعثنا في كل أمة رسولا أن اعبدوا الله واجتنبوا الطـاغوت { النحـل : 36

“Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “ Sembahlah Allah saja dan jauhilah Taghut “ )) . Surat An- Nahl ayat 36

Tauhid adalah hak Allah Ta’ala terhadap hamba-Nya yang paling besar, sebagaimana tersebut dalam hadits Bukhari Muslim yang diriwayatkan oleh Muadz RA. Berkata : Rasulullah SAW. bersabda : (( “ Hak Allah Ta’ala atas hamba-Nya adalah mereka menyembah-Nya dan tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatu apapun “ )).

Maka barang siapa yang merealisasikan tauhidnya (dalam ibadah kesehariannya) dia akan masuk surga, dan barang siapa yang melakukan bahkan meyakini hal-hal yang menghilangkan dan membatalkan tauhid maka dia akan masuk neraka .

Karena tauhid inilah, Allah memerintahkan para rasul-Nya untuk memerangi kaum mereka sehingga mereka ( hanya ) mentauhidkan Allah dan ( hanya ) beribadah kepada-Nya, Rasulullah SAW. bersabda: (( “ Aku diperintah untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhaq diibadahi kecuali Allah Ta’ala “ )). Muttafaq Alaihi

Merealisasikan tauhid adalah merupakan satu-satunya jalan untuk mewujudkan kebahagiaan didunia dan akhirat, sebagaimana sikap menyelisihinya adalah merupakan jalan kesengsaraan serta kebinasaan seseorang ( didunia & diakherat ), dan pengetrapan tauhid adalah jalan untuk menyatukan umat serta menyatukan barisan-barisan mereka sehingga arah tujuan mereka hanya satu ( yaitu menegakkan kalimatullah / tauhidullah dimuka bumi ini ), sedangkan kesalahan yang terjadi dalam rangka mengetrapkan tauhid akan menyebabkan perpecahan dan keretakan pada ummat ini .

Perlu diketahui oleh pembaca yang semoga Allah merahmati kita semua, bahwasannya tidak semua orang yang telah mengucapkan kalimat tauhid ( لا إله إلا الله ) dia menjadi Muwahhid ( orang yang telah melaksanakan tuntutan kalimat tauhid ) , karena harus ia memenuhi tujuh syarat sebagaimana disebutkan oleh para ulama :

1) Pengetahuan tentang maknanya dan maksud dalam kalimat itu. Yaitu kalimat Nafyun ( لا إله ) dan kalimat itsbaatun (إلا الله ). Nafyun adalah peniadaan segala bentuk ketuhanan yang berhak untuk disembah. Sedangkan Itsbaatun adalah peneguhan dan penekanan bahwa yang berhak disembah serta diibadahi hanya Allah Ta’ala saja.

2) Keyakinan yang kokoh terhadap indikasi dari kalimat tauhid diatas.

3) Menerima segala tuntutan kalimat tauhid diatas dengan segenap hati dan pengakuan lisan-nya.

4) Tunduk patuh terhadap apa yang ditunjukkan oleh kaliamat di atas.

5) Pembenaran dengan ucapan lisan dan pengakuan hati.

6) Keikhlasan yang tulus tanpa disertai unsur riya’.

7) Cinta terhadap kalimat tauhid dan kandungannya.

Saudara-saudaraku sekalian, sebagaimana kita berkewajiban untuk merealisasikan tauhid dengan memenuhi persyaratan-persyaratannya, maka kitapun berkewajiban untuk merasa takut dari berbuat syirik serta hendaknya kita senantiasa waspada terhadap segala bentuk ragam kesyirikan, dan semua pintu serta celah-celah yang akan menjerumuskan kita kedalam perbuatan syirik baik syirik akbar maupun syirik asghor. Karena kedholiman yang paling besar adalah perbuatan menyekutukan Allah Ta’ala, Allah akan mengampuni segala bentuk dosa hamba-Nya kecuali dosa syirik. Maka barang siapa yang berbuat syirik tertutuplah baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka

إن الله لا يغفـر أن يشرك به ويغفر مـا دون ذلك لمن يشـاء { النسـاء : 48

(( ” Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik , dan dia mengampuni segala dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya ” )). S. An-Nisa’ : 48