Takbiratul Ikhram

Takbiratul ikhram

Takbiratul ikhram atau Ucapan Allahu Akbar dalam permulaan shalat, adalah ucapan pertama dalam kondisi dan posisi sudah masuk ke dalam shalat. Di sini pula kita harus berkonsentrasi penuh karena antara hati, lisan dan anggota tubuh benar-benar dituntut kerjasama. Inilah yang di isyaratkan Iman harus ditekadkan oleh hati, diucapkan oleh lisan dan dikerjakan/diamalkan oleh angota tubuh.

Hati dituntut untuk menyampaikan tujuan dari berdiri, ruku, sujud dan duduk kita setelah mengucapkan “Allahu Akbar” yaitu saya bermaksud mengerjakan shalat pardhu….sekian rakaat ….tanpa tujuan lain selain memenuhi panggilan Allah untuk mengabdikan diri sepenuh jiwa raga kita, yang semuanya pantas kita persembahkan karena Dialah pemiliknya yang kita rangkum dalam ucapan “lillah” sebuah kalimat yang sarat dengan kepasrahan pada-Nya. Allahu Akbar , hanya Allah lah yang pantas kita agungkan, bukan tahta/pangkat, wanita, harta atau yang lainnya.

Sementara lisan, dituntut mengumandangkan Lafadz “Allahu Akbar” dengan fasih, tanpa mengurangi atau menambah hurufnya, dari mulai “alif” lafadz “Allah” sampai “ra” lafadz “Akbar” harus benar-benar diucapkan dengan lisan yang fasih, (karenanya syarat takbiratul ikhram yang 16 harus benar-benar dipahami) dan harus dapat didengar oleh telinga kita sendiri.

Selanjutnya anggota tubuh kita, yang diwakili oleh tangan memberikan isyarat dengan jalan mengacungkan kedua telapak tangan sebatas telinga dengan keadaan sedang dan membuka seluruh telapak tangan dan jari sehingga menghadap ke kiblat. Semuanya mengandung makna yang luas jika kita mau bertafakur sejenak. Pandangan tunduk ke tempat sujud, menandakan tunduknya kita pada Sang Pencipta yang saat ini sedang kita temui dengan segenap hati, jiwa dan raga kita. Allahu Akbar….betapa Agung Allah, betapa kecilnya kita. Jangankan dibandingkan dengan Allah Pencipta Kita, dibandingkan dengan Mesjid atau Mushala di mana kita Berdiri Shalat,  kita teramat kecil.

Saudaraku…janganlah Kalian Ucapkan Allahu Akbar, sementara hati kita memuja harta, wanita dan tahta yang sangat kecil dan tidak ada artinya dengan Keagungan Allah Pemilik dan Pencipta segalanya.

Ditulis : Ba’da Shalat Dhuhur 21 Desember 2009 dalam renungan hati Al-Faqir

Oleh : Aam Sutisna/Abu Fauzan

Dasar Hukum dan Dalil-dalil Shalawat

Dasar Hukum dan Dalil-dalil Shalawat

Dibawah ini adalah dalil-dalil tentang shalawat baik dari Al-Quran maupun Al-Hadis Nabi Saw., serta para ulama

AL-QUR’AN

Surat Al-Ahzâb ayat 43:

Artinya: “Dia-lah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohon ampunan untukmu) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya yang terang”.

Surah Al-Ahzâb ayat 56:

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.

Maksud Allah bershalawat kepada Nabi Saw. adalah dengan memberi rahmat-Nya; bershalawat malaikat kepada Nabi Saw. dengan memintakan ampunan; sedangkan bershalawatnya orang-orang mu’min kepada Nabi Saw. dengan berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan per-kataan “Allâhumma Shalli ‘alâ Muhammad”

Adapun salam kepada Nabi Saw. adalah dengan mengucapkan “Assalâmu Alayka Ayyuh al-Nabiyy.”

Al-Hadits

Artinya: “Bershalawatlah kamu kepadaku, karena sha-lawatmu itu menjadi zakat (penghening jiwa pembersih dosa) untukmu.” (HR. IbnMurdaweh)

Artinya: “Saya mendengar Nabi Saw. Bersabda janganlah kamu menjadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan, dan janganlah kamu menjadikan kuburanku sebagai per-sidangan hari raya. Bershalawatlah kepadaku, karena shalawatmu sampai kepadaku dimana saja kamu berada.” (HR. Al-Nasâ’i, Abû Dâud dan dishahihkan oleh Al-Nawâwî).

Diterangkan oleh Abû Dzar Al-Harawî, bahwa perintah shalawat ini terjadi pada tahun kedua Hijriyah. Ada yang berkata pada malam Isra’ dan ada pula yang berkata dalam bulan Sya’ban. Dan oleh karena itulah bulan Sya’ban dinamai dengan “Syahrush Shalâti” karena dalam bulan itulah turunnya ayat 56, Surah ke-33 Al-Ahzâb.

Dibawah ini adalah dalil-dalil tentang shalawat baik dari Al-Quran maupun Al-Hadis Nabi Saw., serta para ulama

AL-QUR’AN

Surat Al-Ahzâb ayat 43:

Artinya: “Dia-lah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohon ampunan untukmu) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya yang terang”.

Surah Al-Ahzâb ayat 56:

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.

Maksud Allah bershalawat kepada Nabi Saw. adalah dengan memberi rahmat-Nya; bershalawat malaikat kepada Nabi Saw. dengan memintakan ampunan; sedangkan bershalawatnya orang-orang mu’min kepada Nabi Saw. dengan berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan per-kataan “Allâhumma Shalli ‘alâ Muhammad”

Adapun salam kepada Nabi Saw. adalah dengan mengucapkan “Assalâmu Alayka Ayyuh al-Nabiyy.”

Al-Hadits

Artinya: “Bershalawatlah kamu kepadaku, karena sha-lawatmu itu menjadi zakat (penghening jiwa pembersih dosa) untukmu.” (HR. IbnMurdaweh)

Artinya: “Saya mendengar Nabi Saw. Bersabda janganlah kamu menjadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan, dan janganlah kamu menjadikan kuburanku sebagai per-sidangan hari raya. Bershalawatlah kepadaku, karena shalawatmu sampai kepadaku dimana saja kamu berada.” (HR. Al-Nasâ’i, Abû Dâud dan dishahihkan oleh Al-Nawâwî).

Diterangkan oleh Abû Dzar Al-Harawî, bahwa perintah shalawat ini terjadi pada tahun kedua Hijriyah. Ada yang berkata pada malam Isra’ dan ada pula yang berkata dalam bulan Sya’ban. Dan oleh karena itulah bulan Sya’ban dinamai dengan “Syahrush Shalâti” karena dalam bulan itulah turunnya ayat 56, Surah ke-33 Al-Ahzâb.